Hits: 1

Puspita Oktarinanda Azmi

 

Merenovasi  semua kejadian,

Berusaha keras menariknya hingga ke akar.

Akar itu memang masih tumbuh,

Seakan ia sudah dimakan usia.

Bergetar menahan semua kekuatan,

Lemah ingin mendatangimu di rumah barumu,

Kesedihan mengingatkan kembali.

 

Aku bukan teman sejatimu,

Kau adalah orang yang baik,

Keterlambatan menghantui rasa bersalah.

Yah,

Benar kata orang,

Penyesalan datangnya belakangan.

 

Sesaat itu,

Ku sempat mengutuk diriku.

Ketidakbergunaan membuat air mataku tak malu untuk keluar,

Setetes demi tetes,

Andai ia dapat bersuara, ia akan menjerit

Seperti hati yang dihantui rasa bersalah

 

Andai dan andai.

Semua sia-sia dan tak bermakna,

Kedatangan mimpi seperti jadwal yang direncanakan.

 

Apa arti sahabat yang sebenar-benarnya?

Kehilangan adalah hal yang mendekatkanku.

Berharap kau tersenyum,

Namun, kekhawatiranku disini begitu besar.

 

Kau dan aku di dunia yang berbeda,

Sekilas saja aku mengingat wajahmu,

Hati bergetar kembali,

Lagi dan lagi mata ini seperti melihatmu kembali

 

Berharap Allah melindungimu,

Nasehat itu belum sempurna.

Kau tutup dengan perkataan,

Kau teman yang baik Puspita,

Hanya orang bodoh yang sakit hati bila dinasehati.

 

Ya Allah, aku menyayanginya.

Selamat jalan teman….

Leave a comment