Hits: 8

Nadia Lumongga Nasution

Ngopi yuk!”

Pijar, Medan. Kalimat di atas pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kopi yang awalnya hanya dinikmati oleh Bangsa Arab sebagai minuman penyegar, kini sangat di gandrungi segala bangsa dan segala kalangan. Kopi sendiri tercatat dalam sejarah berasal dari Abyssinia, daerah lawas di Afrika.

Kopi dikenal identik dengan orang tua dan pekerja, sebab kopi dipercaya dapat menambah stamina dalam melakukan aktivitas. Namun, persepsi yang sudah lama ada pada kebanyakan orang mungkin perlu diubah. Di zaman sekarang ini, penikmat kopi tidak memandang umur. Mulai dari anak-anak, remaja sampai orang dewasa mengandrugi minuman ini baik di warung kopi maupun gerai kopi ternama yang ada.

Penikmat kopi juga tidak memandang gender, laki-laki atau perempuan bisa menyantapnya. Seperti ibu Elli (54) salah seorang pegawai BUMN, ia mengaku bahwa dia sudah menikmati kopi sejak duduk di bangku 1 SMA. “Saya sudah dari kelas 1 SMA minum kopi. Ya dampaknya lebih semangat lebih seger  aja sehabis minum kopi. Malah kalau gak minum kopi rasanya kayak ada yang kurang gitu.”

Selain sebagai penambah semangat, tak sedikit pula yang meminum kopi hanya untuk mengikuti tren. Mengingat sekarang terdapat banyak gerai minum kopi yang menyediakan tempat yang nyaman, dilengkapi dengan AC dan Wi-Fi. Kebanyakan kalangan yang menjadikan kopi sebagai tren adalah remaja.

 Hal ini dapat kita amati di sosial media, banyak remaja ingin terlihat eksis dengan membeli segelas kopi, lalu difoto untuk di unggah di sosial media mereka. Padahal belum tentu mereka menikmati minuman yang mereka beli dengan harga yang terbilang cukup mahal itu.

Lain halnya di daerah paling barat Indonesia, Aceh. Warga Aceh memang sudah sangat terbiasa bahkan bisa dikatakan tidak bisa dipisahkan dengan kopi. Jika kita bertemu ke rumah salah seorang di Aceh, bisa jadi minuman yang di hidangkan adalah kopi. Jika kita ingin kopi darat ya tempat yang paling disenangi masyarakat Aceh adalah warung kopi.

“Ngopi itu wajib, sehari bisa satu sampai dua gelas. Di sini (Aceh) cuma ada Warkop jadi duduk ya di Warkop, ngerjai tugas di Warkop, ada waktu luang ya ke Warkop,” ujar Ayyub salah seorang mahasiswa yang berkuliah di Kota Serambi Mekkah itu.

Tanpa kita sadari, kebiasaan-kebiasaan kecil yang kita lakukan setiap hari bisa membudaya di lingkungam masyarakat. Dari yang awalnya hanya sekedar minum untuk tujuan tertentu sekarang  menjadi kewajiban yang tak bisa di lepaskan malah jadi suatu hal yang turun-menurun.

(Redaktur tulisan: Viona Matullessya)

Leave a comment