Hits: 170

Annisa Rahmi / Indah Ramadhanti

Pijar, Medan. Egrang, pernah kah Anda mendengar nama permainan tradisional ini? Ya, Egrang merupakan salah satu permainan tradisional yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan hampir punah. Olahraga yang juga permainan tradisional ini belum diketahui secara jelas asal-usulnya, namun banyak yang bilang bahwa permainan ini mendapat pengaruh dari budaya China.

Pada awalnya, Egrang  mulai dikenal sebagai suatu pertunjukan yang diiringi dengan musik tradisional di daerah Karawang, Jawa Barat. Namun seiring berjalannya waktu, berkembang menjadi permainan tradisional. Permainan yang bisa dimainkan oleh berbagai kalangan ini, dapat kita temukan di berbagai daerah dengan nama yang berbeda-beda. Jika di Bengkulu, masyarakatnya menamakan permainan ini dengan nama ingkau yang berarti sepatu bambu.

Sumatera Barat menamakannya dengan nama tengkak-tengkak yang asal katanya tengkak yang berarti pincang. Sedangkan Jawa Tengah menamakannya dengan nama jangkungan yang berasal dari burung yang berkaki panjang. Kata “Egrang” sendiri berasal dari Lampung yang artinya terompah pancung karena terbuat dari bambu bulat panjang.

Egrang  terbuat dari dua buah tongkat bambu yang tingginya sekitar 2-3 meter. Terdapat juga pijakan kaki yang tebuat dari dua belah bambu yang panjangnya 20-30 cm yang dipasang sekitar 30 cm dari pangkal Egrang.

Egrang bambu biasa digunakan dipijakan tanah yang datar dan dapat pula digunakan ketika kita tinggal di daerah yang sering banjir. Selain terbuat dari bambu, Egrang juga memiliki jenis lainnya yaitu Egrang yang terbuat dari batok.

Cara memainkan Egrang juga tidak terlalu sulit, cukup pegang kedua bambu Egrang dalam keadaan berdiri tegak. Kemudian naik ke pijakan Egrang dengan diawali kaki kiri lalu disusul dengan kaki kanan. Lalu gerakan tangan kanan kedepan terlebih dahulu beriringan dengan langkah kaki kanan dan kemudian disusul tangan kiri dan kaki kiri. Begitu seterusnya hingga berjalan lancar.

Egrang memiliki berbagai macam manfaat untuk kita. Salah satunya adalah melatih daya konsentrasi. Agar kita bisa berjalan seimbang menggunakan Egrang, dengan adanya daya konsentrasi yang tinggi dapat membuat kita berjalan seirama dengan dua bambu yang kita pijak dengan kedua kaki.

Selain itu, Egrang juga dapat melatih kemampuan otak kanan dan kiri kita. jika otak kiri kita terbiasa berpikir kalkulatif, maka otak kanan akan bekerja untuk sabar dan ulet dalam melatih keseimbangan dan kesabaran dalam menjaga keserasian dalam menggunakan permainan ini. Egrang juga dapat membuat kita menjadi lebih kreatif dalam menggunakannya.

Saat ini Egrang sudah sangat jarang kita temukan di kehidupan sehari-hari. Dengan zaman yang semakin pesat, Egrang dan permainan tradisional lainnya sudah mulai ditinggalkan. Hanya di beberapa acara tertentu saja kita bisa menyaksikan permainan yang terbuat dari bambu ini, seperti acara kemerdekaan.

Reza prayogi salah seorang yang pernah memainkan Egrang saat acara kebudayaan minang kabau mengungkapkan pengalamannya. “Saat saya naik Egrang waktu sedang latihan, karena ada acara kebudayaan Minangkabau, kesulitan yang rasa pasti ada saat main Egrang. Saat  kita menyeimbangkan badan itu, terus kestabilan diri kita juga supaya gak jatuh,” tutur remaja yang sedang melanjutkan studi di Universitas Sumatera Utara ini.

Egrang yang biasanya dapat kita temukan di desa maupun kota, sekarang sudah sulit ditemukan meskipun beberapa daerah mungkin masih menggunakannya. Hanya beberapa di daerah kecil saja yang masih membudidayakan permainan sekaligus olahraga tradisional ini.

Sudah saatnya kita sebagai masyarakat Indonesia mulai melestarikan kembali permainan tradisional bersejarah yang merupakan bagian dari olahraga dan kearifan lokal ini. Jika tidak, permainan tradisional seperti ini akan tergerus oleh zaman.

Redaktur Tulisan: Hidayat Sikumbang

Leave a comment