Hits: 24

Talitha Nabilah / Indah Ramadhanti

“Saksi mata itu datang tanpa mata. Ia berjalan tertatih-tatih di tengah ruang pengadilan dengan tangan meraba-raba udara.”

Pijar, Medan. Timor-Timur atau sekarang lebih dikenal dengan nama Timor Leste memang telah memisahkan diri dari Indonesia sejak puluhan tahun silam, tepatnya pada kepemimpinan Presiden BJ. Habibie. Namun, dibalik semua itu terdapat kisah-kisah yang dituangkan oleh Seno Gumira Ajidarma, seorang novelis yang pada saat itu juga sebagai seorang jurnalis ke dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Saksi Mata.

Berlatarkan tempat di Timor-Timur, Seno mengungkapkan kejadian nyata yang ia saksikan di Dili, ibukota Timor-Timur saat itu. Terdapat 16 cerpen berbeda di dalamnya yang masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri. Seperti cerita pada umumnya, Saksi mata mampu mengusik pikiran dan hati nurani kita. Saksi mata mengutarakan bagaimana kebenaran dapat dibisukan, saksi-saksi harus kehilangan mata, lidah, bahkan telinga yang dipergunakan untuk mendengar. Seperti pada salah satu ceritanya yang berjudul “Telinga”. Pada cerita tersebut kita akan mempertanyakan siapa sebenarnya yang kita sebut pahlawan. Apakah pahlawan yang kita anggap sebagai pahlawan benar-benar seorang pahlawan?

Lewat tulisannya, Seno membuat mata dan hati kita terbuka bahwa apa yang terjadi pada Timor-Timur merupakan mimpi buruk yang berdarah. Banyak orang-orang yang menderita bahkan sampai kehilangan anak, bapak, ibu, ataupun kekasih hati. Dengan ilustrasi-ilustrasi yang ditorehkannya di setiap cerita, kita dapat merasakan atmosfer pada kejadian yang dicurahkan di setiap ceritanya.

Melalui Saksi Mata, Seno mendapatkan banyak penghargaan, salah satunya yaitu Penghargaan Penulisan Karya Sastra 1995 dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, cerita-cerita dalam Saksi Mata juga dibacakan di Teater Arena Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada tahun 1994 silam. Setiap ceritanya juga telah dimuat oleh beberapa koran, seperti Harian Kompas, The Jakarta Post, Harian Republika, dan lain sebagainya. Lalu, kumpulan ceritanya juga terbit di Australia dalam terjemahan bahasa Inggris oleh Jan Lingard pada tahun 1995 dan memenangkan Penghargaan Dinny O’Hearn untuk Terjemahan Sastra pada tahun 1997 dalam Premier’s Literary Award. Diperkirakan Saksi Mata juga akan diterbitkan di Dili untuk Timor Aid dalam versi Tetum oleh Triana Côrte-Real de Oliveira.

Karyanya yang telah dicetak sebanyak empat kali ini sudah diterbitkan dalam dua edisi di Indonesia dengan menggandeng Agung Kurniawan sebagai ilustratornya. Pada akhirnya, Seno Gumira Ajidarma mengemas ceritanya dengan apik sehingga pesan yang ditulis sampai kepada orang banyak, baik yang pernah menyaksikan secara langsung maupun yang baru saja mendengarnya.

Redaktur Tulisan: Maya Andani

Leave a comment