Hits: 27

Timotius Dwiki Meglona Hutabarat / Intan Sari

Pijar, Medan. Minggu (28/10) pagi, Museum Perkebunan Indonesia diramaikan oleh sejumlah komunitas penggagas “Membatik Asa untuk Indonesia”. Acara ini digelar oleh kolaborasi 4 komunitas, yaitu Pojok Baca Medan, Medan Heritage, Kenduri Kopi dan Persegi Media guna memperingati Hari Batik Nasional.

Latar belakang digelarnya acara ini adalah, untuk menumbuhkan kecintaan serta rasa bangga masyarakat Kota Medan, khususnya generasi milenial terhadap kebudayaan Indonesia serta menghidupkan kembali para pengrajin batik lokal di Kota Medan.

Acara yang digelar selama 8 jam ini terdiri dari berbagai rangkaian acara seperti, edukasi batik, workshop batik, demo batik, lapak kreatif anak, serta penggalangan donasi bagi mereka yang membutuhkan.

Membatik asa untuk Indonesia digelar oleh 4 komunitas pemuda Kota Medan, di Museum Perkebunan Kelapa Sawit, Minggu (27/10). (Fotografer: Timoti Hutabarat)
Membatik asa untuk Indonesia digelar oleh 4 komunitas pemuda Kota Medan, di Museum Perkebunan Kelapa Sawit, Minggu (28/10). (Fotografer: Timoti Hutabarat)

Cindy selaku panitia mengatakan program ini tak hanya sekadar acara membatik biasa, melainkan juga sebagai bahan edukasi bagi para peserta mengenai kebudayaan Indonesia, yaitu batik.

“Jadi acara membatik ini tidak hanya sekadar seremonial saja, melainkan juga memberikan edukasi kepada para peserta. Kita ingin masyarakat Kota Medan tidak hanya memandang batik sebagai fashion semata, namun juga bagian dari budaya kita (Indonesia),” kata Cindy perwakilan dari Pojok Baca.

Ada sekitar 50 orang peserta yang turut berpartisipasi dalam acara ini, dan hampir semuanya didominasi oleh kalangan ibu-ibu.

“Kelihatan kan yang datang kebanyakan ibu-ibu, nah melalui kolaborasi ini kemudian kita, berniat untuk menumbuhkan kecintaan anak muda Kota Medan terhadap batik, salah satunya melalui acara seperti ini,” jelas Cindy.

Kegiatan membatik ini dikonsep sedemikian rupa, hal itu terlihat dari konsep acara yang dikemas dengan menarik oleh panitia, salah satunya dengan menghadirkan lapak kreatif dan hiburan oleh Komunitas Kenduri Kopi.

“Jadi ketika ibu-ibunya membatik, anaknya bisa main-main di lapak kreatif, salah satunya main permainan tradisional enggrang,” ungkapnya.

Cindy berharap acara membatik seperti ini rutin dilaksanakan ke depannya, agar kecintaan masyarakat Kota Medan, khususnya anak muda tidak tergerus oleh perkembangan zaman.

“Kita sering dengar, kalau anak muda malu pakai batik, nah ke depannya kita berharap tidak ada lagi anak muda yang malu dengan budayanya sendiri,” tutupnya semangat.

Mitha salah satu peserta mengatakan bahwa ia menyukai konsep acara yang dibuat oleh panitia, menggabungkan budaya dengan modernitas. “Aku senang dengan konsepnya, budaya membatik digabung dengan konsep yang kekinian, keren,” katanya.

(Redaktur Tulisan: Widya Tri Utami)

Leave a comment