Hits: 155

“Kau adalah Apa yang Selalu Aku Tulis

Aku adalah Apa yang Selalu Kau Lewatkan.”

 

Ade Khairani Bustami

Pijar, Medan. Saat pertama kali melihat buku ini, pembaca akan disuguhkan dengan kalimat yang cukup menggores hati. Kalimat bernada sendu di atas adalah kalimat pertama yang tertulis di bagian sampul buku berjudul Merayakan Kehilangan. Buku yang terbit pada tahun 2016 ini seolah menjadi teman baik untuk para pembaca yang sedang ingin menyembuhkan luka.

Merayakan Kehilangan adalah buku pertama karya Brian Khrisna, seorang penulis yang namanya tak ingin ditulis. Brian yang mengawali debutnya sebagai penulis dalam beberapa platform media sosial lebih memilih untuk menjadi anonymous dengan nama ‘Mbeeer’ agar lebih leluasa menuangkan tulisan romantisnya. Namun setelah ‘anak pertamanya’ lahir, sosok Brian Khrisna muncul dari balik nama Mbeeer.

Ada hal unik didalam buku ini, Brian seolah mendobrak kebiasaan penulis yang biasanya mengisi kata pengantar dengan tulisan yang membosankan dan bertele-tele, kemudian menggantikannya dengan rangkaian kata-kata yang indah miliknya. Kata pengantar yang indah itu berjudul Pengantar Sajak-ku, yang rasanya sayang jika tidak dibaca.

Saat melihat judul buku ini, sepintas kita akan membayangkan kisah bahagia dalam merelakan kehilangan. Namun, nyatanya buku ini malah berisi kisah luka dan pahitnya kenyataan dimana penulis ditinggalkan oleh sang kekasih yang memilih untuk berpaling ke hati yang lain.

Buku ini seolah menyajikan rangkaian tulisan yang mengalun merdu tentang sakitnya patah hati. Lebih tepatnya, buku ini ibarat catatan harian seorang lelaki yang kehilangan dan mulai belajar melupakan cinta lama. Meskipun berisi tentang luka, kehilangan, jatuh, dan sakit, buku ini tetap menggambarkan sosok Brian yang maskulin dengan semua rangkaian kalimat indahnya.

Patah hati yang sesungguhnya bukan saat kita merasakan kehilangan, namun saat kita harus merelakannya untuk bahagia dengan kisah cinta yang baru.

Dan merayakan kehilangan yang terindah adalah saat kita merasa bodoh, dan bertanya pada diri sendiri dengan pertanyaan “Mengapa aku baru dipertemukan denganmu setelah aku merasakan luka yang begitu dalam?”

Pada sampul belakang buku ini, Brian memilih tulisan bernada bahagia yang berbeda dengan sampul depan buku. Tulisan sederhana ini seolah menjadi akhir dari kisah pilu yang dialami oleh Brian, dan menjadi awal dari kisah bahagianya yang baru.

Teruntuk Sobat Pijar yang sedang merayakan kehilangan, buku ini cocok untuk dijadikan teman. Selamat membaca!

(Editor: Lolita Wardah Srg)

Leave a comment