Hits: 54

Esra Natalia Margaretha

Pijar, Medan. Pada saat masa sekolah atau bahkan kuliah, pasti beberapa teman kita akan mengajak teman-teman lainnya untuk tidak mengumpulkan tugas bersama-sama dengan mengatasnamakan solidaritas. Perilaku seperti ini bukannya menunjukkan kesolidaritasan, namun merupakan cara untuk menjatuhkan seorang teman karena ketidaksukaan melihat kemajuan temannya sendiri. Fenomena seperti ini biasanya disebut juga dengan crab mentality atau mentalitas kepiting.

Dilansir dari Psychology Today, mentalitas kepiting atau crab mentality merupakan sebuah analogi dari perilaku egois yang iri terhadap kesuksesan orang lain. Penganalogian ini sendiri dapat dilihat contohnya dalam sebuah ember yang penuh dengan beberapa ekor kepiting. Jika salah satu dari beberapa ekor kepiting tersebut berhasil naik dan akan keluar dari ember tersebut, maka kepiting yang lain akan mencoba mencapit dan menarik kepiting tersebut kembali masuk ke dalam ember.

Beberapa orang mungkin akan menganggap bahwa hal itu merupakan bentuk solidaritas karena tujuan dari kepiting yang menarik temannya yang hampir berhasil melarikan diri itu karena tidak ingin temannya mati di luar atau dimakan pemangsa. Padahal jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, kepiting yang melarikan diri tersebut bisa saja keluar dan bertahan hidup sendirian di luar daripada mati bersama kepiting-kepiting lainnya.

Fenomena crab mentality ini tidak lepas dari fakta bahwasannya setiap manusia merupakan makhluk sosial dan hidup berkelompok. Yang mana dalam sebuah kelompok tak dapat dipungkiri akan selalu ada persaingan. Persaingan inilah yang menimbulkan rasa iri, cemburu, dendam dan kompetitif terhadap orang lain. Jika persaingan tidak dapat dilakukan secara sehat, maka akan menimbulkan hubungan yang toxic di dalam sebuah kelompok.

Salah satu hal yang membuat hubungan dalam kelompok menjadi tidak sehat ini adalah crab mentality. Padahal, crab mentality sendiri tidak akan menguntungkan bagi pihak mana pun, karena baik pelaku ataupun korban dari crab mentality ini sendiri tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali rasa kepuasan sementara bagi pelaku yang telah berhasil menjatuhkan orang lain.

Mengenal dan mencoba untuk menghindari fenomena ini sangat penting bagi diri sendiri. Tidak mendengarkan ucapan orang lain terkadang memang perlu kita lakukan. Memulai untuk menyaring kritik dan saran dari orang lain yang sekiranya dapat membantu untuk berkembang serta mengabaikan kritik dan saran yang justru menghambat proses perkembangan diri.

Sejatinya, hanya diri sendirilah yang mengetahui apa yang baik dan buruk bagi kita. Meningkatkan rasa kepercayaan diri juga dapat membantu agar terhindar dari crab mentality ini. Kepercayaan diri yang tinggi dapat membuat diri menjadi lebih kuat dan tidak mudah dijatuhkan oleh orang lain.

Fenomena crab mentality dapat terjadi kepada siapa saja dan di mana saja. Tak jarang pula fenomena ini terjadi kepada kita bahkan dari lingkungan terdekat kita sendiri. Namun tidak menutup kemungkinan juga kalau kita suatu saat akan menjadi pelaku dari crab mentality ini.

Semua hal itu terjadi tergantung pada bagaimana kita menanggapi kesuksesan seseorang. Jika kita tidak senang akan kesuksesan seseorang dan mencoba untuk mejatuhkannya hanya untuk membuat kita merasa tidak lebih rendah darinya, maka kita sudah menjadi pelaku dari crab mentality tersebut. Sedangkan jika kita merasa senang dan termotivasi akan kesuksesan seseorang, maka itulah bentuk solidaritas yang sebenarnya. Karena sesungguhnya, kesolidaritasan itu sendiri seharusnya dapat menjadi motivasi untuk dapat maju dan sukses bersama.

(Redaktur Tulisan: Widya Tri Utami)

Leave a comment